Pernahkah kamu enggan untuk menyingkirkan barang tertentu karena menganggap memiliki nilai atau merasa barang tersebut akan berguna di masa mendatang? Jika kamu kerap melakukan hal ini, sebaiknya waspada terhadap gejala hoarding disorder.
Bukan hanya berisiko meningkatkan debu hingga kotoran lainnya, kondisi ini juga bisa memicu risiko kecelakaan yang disebabkan oleh penumpukan barang.
Untuk menghindari berbagai dampak negatif yang rentan terjadi, sebaiknya ketahui berbagai gejala hoarding disorder agar kamu dapat melakukan penanganan dan perawatan secara tepat.
- Gejala Hoarding Disorder
Apa itu Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental dimana pengidapnya merasakan adanya kebutuhan yang kuat untuk menyimpan suatu barang meskipun barang itu kurang bernilai. Bahkan, mereka akan mengalami tekanan ketika diminta untuk membuang barang-barang tersebut.
Ada berbagai jenis barang yang umumnya akan ditimbun oleh pengidap kondisi ini, seperti koran, majalah, barang-barang rumah tangga, hingga pakaian. Selain dapat memicu bahaya, kebiasaan buruk ini juga dapat menyebabkan gangguan pada kualitas hidup.
Kondisi ini dapat menyebabkan kondisi hidup yang tidak sehat. Lalu, apa saja gejala hoarding disorder? Kondisi ini nyata bisa terlihat dari beberapa gejala, seperti:
- Mengalami stres saat akan membuang barang-barang yang ditimbun.
- Cemas bahwa mereka merasa akan membutuhkan barang tersebut di masa depan.
- Tidak boleh orang lain menyentuh barang-barang yang ditimbun.
- Kondisi rumah yang sangat berantakan.
- Benda yang ditimbun dapat memicu gangguan untuk keluarga maupun sosial.
- Merasa kesal dengan orang yang berpikir mau membuang barang timbunannya.
- Ruangan tempat menyimpan barang tidak dapat digunakan
Biasanya, pengidap kondisi ini merasa bahwa mereka memiliki hubungan emosional dengan barang-barang tersebut. Bahkan, pengidapnya bisa merasa lebih aman ketika berada di dekat barang-barang yang mereka timbun.
- Penyebab Hoarding Disorder
Hingga saat ini belum ada penyebab pasti yang memicu seseorang mengalami kondisi ini. Namun, adanya faktor genetik, tekanan stres, hingga gangguan pada fungsi otak menjadi pemicu hoarding disorder. Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang memicu kondisi ini, seperti:
- Kondisi trauma.
- Cedera otak.
- Kebiasaan membeli secara impulsif.
- Memiliki kerabat yang mengalami hoarding disorder.
- Gangguan penggunaan zat tertentu atau alkohol.
Jika tidak diatasi dengan baik, hoarding disorder dapat memicu berbagai komplikasi pada pengidapnya, seperti:
- Meningkatkan risiko cedera akibat jatuh.
- Konflik dengan keluarga dan kerabat.
- Ruangan yang tidak sehat sehingga memicu gangguan kesehatan.
- Perawatan untuk Hoarding Disorder
Kondisi ini bisa diatasi dengan melakukan terapi dan penggunaan beberapa jenis obat-obatan tertentu. Berikut ini pengobatan yang perlu diketahui, yaitu:
Psikoterapi
Terapi ini menjadi jenis terapi yang paling efektif untuk mengatasi hoarding disorder. Dengan melakukan terapi ini, ada beberapa kondisi yang bisa kamu lakukan, seperti:
- Belajar mengidentifikasi dan menurunkan keyakinan terhadap kebiasaan penimbunan barang.
- Mampu untuk menahan keinginan menimbun barang.
- Meningkatkan kemampuan untuk memilih barang mana yang harus disimpan dan dibuang.
- Meningkatkan kemampuan untuk merapikan rumah.
- Meningkatkan motivasi untuk melakukan perubahan.
Penggunaan Obat
Tidak ada obat yang bisa mengatasi kondisi ini secara langsung, tetapi penggunaan obat hanya dilakukan untuk mengurangi gejala cemas atau depresi yang dialami akibat hoarding disorder.